Sunday, September 24, 2017
Walitis The giant tree
The giant tree alias pohon raksasa
ternyata ga cuma bisa ditemui di negeri dongeng, karena ternyata di Temanggung
pun ada. Berlokasi di areal hutan Rasamala, pohon raksasa itu bernama pohon walitis
dan merupakan pohon terbesar di lereng Sumbing dan Sindoro.
Pohon walitis
ini memang luar biasa besar, dengan tinggi pohon mencapai 30 meter dan lingkar
batang 7,5 meter. Pohon ini bercabang dua, dengan kulit pohon yang berwarna
kecoklat-coklatan agak rapuh dan terkesan sangat tua umurnya. Dan pohon ini
ternyata merupakan satu-satunya pohon raksasa yang ada di areal tersebut. Areal
di sekitar pohon walitis ini masih sangat asri. Dari bukit ini kita bisa
memandang kota Temanggung dari ketinggian dengan hamparannya yang menghijau.
Menurut masyarakat setempat pohon Walitis dulunya
merupakan sewbuah tongkat yang ditancapkan oleh seorang syeh yang
bernama Ki Ageng Makukuhan. Dan tongkat tersebut menjadi tumbuh tinggi
dan besar.
Konon kata masyarakat setempat dulu pohon tersebut akan ditebang oleh
seorang petani untuk dijadikan kayu bakar. Namun pohon tersebut sulit
ditebang. Katanya ketika ditebang pohon tersebut mengeluarkan darah.
Waktu seorang akan menebang pohon ini, ketika di tinggal tengok sebentar
goresan hasil goresan golok dipohon sudah tak berbekas dan pohon utuh
seperti semula. Maka dari itu pohon Walitis sampai sekarang masih tumbuh
dan tidak ada yang berani menebang.
Pohon raksasa walitis di kawasan hutan Rasamala merupakan pohon terbesar
di lereng Sumbing dan Sindoro. Hutan ini terletak di Desa Jetis,
Kecamatan Selopampang, Tinggi pohon mencapai 30 meter, dengan lingkar
batang 7,5 meter. Untuk memeluk batangnya saja diperlukan enam orang
dewasa yang saling tautan sambil merentangkan kedua tangannya.
Di Kawasan ini juga tumbuh rumpun tumbuhan bernama Rasamala. Karena
itulah, kawasan tersebut dikenal sebagai hutan Rasamala. Keistimewaan
tanaman dan hutan ini adalah tidak mempan oleh api.
Ketika terjadi kebakaran hutan di sebagian kawasan lereng Sumbing dan
Sindoro beberapa waktu lalu, hutan Rasamala sama sekali tidak terjamah
api.
Untuk menjangkau rumpun pepohonan Rasamala yang luasnya mencapai 1,5
hektar, para wisatawan harus mendaki melalui jalan setapak. Jarak
pendakian ini sekitar 1,5 km dari pohon walitis.
Lokawisata walitis merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di
kabupaten Temanggung, tepatnya di desa Jetis, kecamatan selopampang.
Untuk menuju lokawisata ini, dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu:
Jalur pertama: Untuk pengunjung yang berasal dari daerah magelang dan
sekitarnya, akan lebih dekat apabila melewati kecamatan Windusari dan
menuju desa Selopampang. Dari arah Selopampang, kita tinggal berjalan
sesuai arah arus jalan yang melewati beberapa desa dengan menikmati
panorama alam kaki gunung Sumbing yang akhirnya menuju desa Jetis.
Desa jetis merupakan desa tarakhir yang dilewati sebelum sampai ditempat
tujuan. Setelah desa Jetis, tidak terdapat desa lagi, hanya akan
menemui ladang-ladang para petani dan hutan pinus disepanjang jalan yang
membuat suasana perjalanan terasa indah.
Jalur kedua: untuk pengunjung yang berasal dari daerah barat kota
Temanggung dan sekitarnya akan lebih dekat apabila melalui kecamatan
Tembarak untuk menuju ke kecamatan Selopampang untuk menuju Walitis.
Dengan letak tempat wisata yang jauh dari perkotaan, menjadikan
lokawisata ini terasa lebih sejuk tanpa polusi. Dengan kondisi jalan
yang terdiri dari tataan batu kecil yang ditata rapi “KRICAAN”,
menjadikan perjalanan tersebut lebih seru dan penuh tantangan. Dalam
perjalanan, kita akan sering berpapasan dengan warga sekitar yang ramah.
Untuk menikmati objek wisata ini, tidak dipungut biaya sepeserpun, alias
gratis, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Hanya
satu yang menjadi syarat untuk menikmati lokawisata ini yaitu tidak
merusak kelestarian dan keindahan objek wisata tersebut.
PETA WALITIS THE GIANT TREE
ALBUM WALITIS THE GIANT TREE
Surodipo Waterfall
Curug yang berketinggian hampir 120 meter dari
puncak ke dasarnya ini memiliki keistimewaan berupa 5 terjunan
bertingkat dengan airnya yang bersih dan segar, dimana jarak antara
terjunan satu dan terjunan berikutnya rata-rata 20 meter.
Istilah Trocoh, dalam bahasa jawa, berarti selalu mengeluarkan air. Dan air di Curug ini memang tak pernah surut, termasuk saat kemarau panjang.
Istilah Trocoh, dalam bahasa jawa, berarti selalu mengeluarkan air. Dan air di Curug ini memang tak pernah surut, termasuk saat kemarau panjang.
Curug Surodipo berada di Desa Tawangsari, Kecamatan Wonoboyo. Selain
menyajikan lanskap pegunungan yang indah, perjalanan menuju Curug
Surodipo pun mengisahkan satu cerita tersendiri. Jalan kecil berbatu
adalah jalan utama yang harus dilewati untuk menuju Curug Surodipo, bisa
dengan menggunakan sepeda motor, namun harus ekstra hati-hati karena
jalan menanjak dan berkelok. Setelah jalan berbatu habis, maka
perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki menaiki bukit. Kaki yang
pegal pun seketika akan hilang ketika mendengar deru air yang jatuh dari
ketinggian. Dari kejauhan bulir-bulir air Curug Surodipo bak mutiara
yang berkilauan memantulkan cahaya matahari. Secara pasti asal usul nama
Surodipo, memang belum ada catatan baku tentang sejarah keberadaan
curug tersebut. Tapi menurut warga sekitar, Surodipuro diambil dari nama
seorang panglima Perang Diponegoro bernama Kyai Surodipuro, yang
meninggal dan dimakamkan di kawasan tersebut. Tempat ini jmenjadi saksi
bisu sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda pada kurun
waktu 1925 - 1830. Pangeran Diponegoro menggunakan tempat ini sebagai
salah satu tempat untuk mengatur siasat perjuangan gerilya malawan
Belanda. Usai perang Diponegoro sekitar tahun 1830, Kyai Surodipuro yang
dikejar Belanda lari ke utara dan bermukim di kawasan itu. Dia enggan
pulang ke Yogyakarta, karena kota itu sudah jatuh ke tangan penjajah.
Dalam pelariannya, Kyai Surodipo beserta sejumlah pengikutnya mendirikan
sebuah permukiman yang diberi nama Klesem, hingga akhirnya wafat dan
dimakamkan di sana. Berjarak 38 km arah Timur Laut dari Kota Temanggung.
Untuk mencapai curug itu tergolong tidak mudah. Setidaknya dari Kota
Kecamatan Wonoboyo menuju Desa Tawangsari ditempuh sejauh hampir 7 km
dengan kondisi jalan yang tidak mulus alias berbatu. Dan untuk sampai di
dasar curug ini masih harus menempuh 3 kilometer lagi untuk tiba di
sana dengan menyusuri jalan setapak, menaiki dan menuruni bukit. Jika
menggunakan Transportasi Umum bisa Naik Bis Jurusan Temanggung-Wonosobo
lalu turun di Terminal parakan dan menyambung naik Bis jurusan
Parakan-Candiroto dan turun di Muntung. Setelah itu bisa naik Ojek atau
Mobil Box di sekitar pertigaan Muntung, perjalanan dari Muntung menuju
lokasi wisata Curug Surodipo kurang lebih 30 Menit. lebih baik
menggunakan motor sendiri. Harga Tiket Masuk dan Parkir
Rp.5.000,00-/Orang (Februari 2016) Karena curug ini masih natural maka –
Belum ada fasilitas toilet – Akses jalan cukup mudah – Lebih baik
parkir di tempat yang sudah di sediakan (Dekat Pos Tiket Masuk) jangan
di atas! Resiko! – Bawa air minum dan makanan ringan, karena tidak ada
penjual apapun. (BAWA PULANG SAMPAHMU!!!) – Lebih baik tidak mandi di
aliran sungai. – Jika hujan, jalan berlumpur dan sangat licin. –
Siapakan stamina, karena anda akan sedikit berjalan kaki menaiki bukit. –
Jangan ragu untuk bertanya arah kepada masyarakat sekitar. Tidak adanya
lahan parkir untuk kendaraan di lokasi ini menyulitkan bagi yang
membawa kendaraan sehingga terpaksa menitipkannya pada warga setempat.
_dari berbagai sumber_
PETA CURUG SURODIPO
ALBUM CURUG SURODIPO
Lawe Waterfall
Sebuah air terjun yang bagaikan kapas melambai-lambai, dan karena itulah dinamakan "Lawe", sir terjun ini berada di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, dan merupakan salah satu air terjun yang ada di kaki gunung ungaran, Untuk mencapai dasarnya diperlukan stamina yang ekstra karena jalannya yang cuma setapak, semak belukar di kanan kiri jalan yang masih perawan, tebing yang curam dan super ekstrem dan jarak yang tidak pendek memang menghabiskan stamina. Namun justru disinilah tantangan dan keindahannya hingga ketika sampai di dasarnya dan menatap lambaian air terjun, semuanya terobati dengan kesejukan dan keindahannya...
ALBUM CURUG LAWE
Curug lawe, berada di Desa Muncar, Kecamatan
Gemawang, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Curug lawe merupakan salah
satu air terjun yang ada di kaki gunung ungaran, konon air terjun ini
bisa dinamakan curug lawe karena jatuhnya air dari air terjun ini
menjuntal mengesankan untaian benang, kalau dalam bahasa jawa biasanya
menyebutnya lawe yang berarti sangat halus dan berwarna putih. Kata Lawe
dalam bahasa Jawa memang berarti benang yang sangat halus. Curug lawe
berbeda dari kebanyakan curug yang dijadikan objek wisata, disini kita
akan disajikan oleh suasana alam khas yang masih sangat alami sehingga
belum terlalu terganggu dengan aktivitas dan sampah. Lokasinya curug
lawe memang berada cukup jauh dari pusat kota Temanggung tepatnya berada
di Dusun Muncar Lor, Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, Kabupaten
Temanggung, Propinsi Jawa Tengah.
Dikawasan ini, juga bisa menikmati wisata belanja sayuran dan
buah-buahan, terutama pisang dengan harga sangat murah, karena langsung
dibeli dari petani yang ada di ladang atau disawah mereka. Jika anda
malu untuk membelinya dari petani atau mungkin kesulitan mencari petani
yang sedang berada di ladang atau sawahnya anda bisa membelinya di Pasar
Muncar dengan harga yang relatif murah juga, karena memang di daerah
muncar ini terkenal akan pertaniannya yang subur dan hasil buah-buahan
yang baik.
Disekitar objek wisata curug lawe sebenarnya juga terdapat buah khas
dari gemawang gemawang, apa itu,,?
orang di sekitar sana biasa menyebutnya cendul atau kalau orang
temanggung kota biasa menyebutnya dengan sebutan buah kepel, yang memang
jika kita teliti di pasar lain masih jarang dijumpai di daerah lain.
Jika sedang musimnya, wisatawan bisa memetik buah kepel dari pohonya
secara gratis. Buah ini sangat menyegarkan, sehingga bisa menghapus
dahaga para pengunjung. Maklum karena memang untuk menuju curug lawe
pengunjung yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil/sepeda motor
harus menitipkan kendaraanya di rumah-rumah penduduk setempat, karena
para pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju
lokasi.
Tetapi justru inilah yang paling menarik dari wisata ini, karena di
derah kota kita tidak mungkin bisa berjalan melewati pematang sawah,
melewati ladang, jauh dari kesan polusi kendaraan bermotor atau asap
pabrik.
Dari lokasi parkir anda harus berjalan cukup jauh, kira-kira 1.5 jam
untuk mencapai Curug Lawe. mungkin inilah alasan utama pengunjung lebih
suka berlama-lama di curug dan enggan untuk kembali. Tapi jangan
khawatir karena setelah ditengah perjalanan anda akan disuguhi dengan
pesona alam yang begitu memikat dan segala rasa capek anda akan terobati
dengan segarnya air dari curug lawe ini. Seperti akan dibawa
seolah-olah seperti menemukan oase yang sangat indah.
Saat anda memasuki pos pembayaran tiket sebaiknya anda membeli makanan
atau minuman untuk menemani perjalan anda, jangan sampai tidak membawa
bekal karena perjalanan yang akan anda lalui lumayan melelahkan. Cukup
membawa air mineral 1 botol dan makanan ringan itu saja sudah cukup,
karena mungkin anda akan lupa untuk memakan bekal anda karena terpesona
oleh keindahan alam sekitar. Trek awal menuju curug adalah parit irigasi
yang cukup panjang. Jalannya kecil dan licin, jadi hati-hati kalau
lewat sini. Apalagi kalau melihat aliran deras air paritnya bisa pusing
kepala jadi kita sarankan untuk berhati-hati. Objek wisata ini sangat
cocok bagi pengunjung yang menyukai wisata bertema petualangan. Karena
disinilah kita akan merasakan asiknya petualangan selama kurang lebih 1
setengah jam dan tentunya akan membuat anda ingin kembali lagi ke tempat
ini. Tidak jauh dari Curug Lawe juga terdapat mata air panas yang bisa
dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit kulit dan tulang, karena
airnya mengandung belerang.
Akses Menuju Tempat Wisata Curug Lawe
Barjarak 26 kilo arah utara Kota Temanggung atau 1 jam perjalanan lewat
jalur Parakan-Ngadirejo. Kondisi jalan menuju kesana sudah beraspal
hingga desa. atau anda juga bisa melewati jalan tembus dengan anda
mengambil arah ke parakan, setelah ketemu desa ngimbrang anda ambil
kanan dan anda akan sampai ke pasar kedu. Dari pasar Kedu anda tinggal
lurus saja dan mengikuti jalan utama kedu - Jumo, setelah melewati
jembatan anda ambil kiri dan hanya dalam waktu beberapa menit saja anda
sudah sampai di tempat tujuan.
PETA CURUG LAWE
ALBUM CURUG LAWE
Subscribe to:
Posts (Atom)