DESTINASI PARIWISATA

OBJEK WISATA

Objek Wisata, Wisata Sejarah, Wisata Religy, Wisata Keluarga

WISATA BUDAYA

Ragam jenis kebudayaan di Kab. Temanggung yang perlu diketahui

EVENT BUDAYA

Diselenggarakan pada tanggal tertentu dan tempat tertentu

WISATA BELANJA

Kerajianan kelas dunia, kopi terbaik sampai wisata kuliner

Our Clients

We Value The Quality First

The greatest education in the world is watching the masters at work.

- Michael Jackson

Tomorrow is my exam, but I don't care. Bcoz a single sheet of paper can't decide my future.

- Thomas Edison

If you can't make it good, at least make it look good.

- Bill Gates

Most good programmers do programming not because they expect to get paid or get adulation by the public, but because it is fun to program.

- Linus Torvald

An eye for an eye only ends up making the whole world blind.

- Quote Author (Quote #5)

Services

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting the readable content of a page when looking at its layout. The point of using Lorem Ipsum is it has a more-or-less normal distribution of letters, as opposed readable English.



Our Experties

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting

HTML5
60%
CSS3
88%
jQuery
95%
WordPress
74%

Blog

Sunday, September 24, 2017

Walitis The giant tree

The giant tree alias pohon raksasa ternyata ga cuma bisa ditemui di negeri dongeng, karena ternyata di Temanggung pun ada. Berlokasi di areal hutan Rasamala, pohon raksasa itu bernama pohon walitis dan merupakan pohon terbesar di lereng Sumbing dan Sindoro.
 Pohon walitis ini memang luar biasa besar, dengan tinggi pohon mencapai 30 meter dan lingkar batang 7,5 meter. Pohon ini bercabang dua, dengan kulit pohon yang berwarna kecoklat-coklatan agak rapuh dan terkesan sangat tua umurnya. Dan pohon ini ternyata merupakan satu-satunya pohon raksasa yang ada di areal tersebut. Areal di sekitar pohon walitis ini masih sangat asri. Dari bukit ini kita bisa memandang kota Temanggung dari ketinggian dengan hamparannya yang menghijau.



 Menurut masyarakat setempat pohon Walitis dulunya merupakan sewbuah tongkat yang ditancapkan oleh seorang syeh yang bernama Ki Ageng Makukuhan. Dan tongkat tersebut menjadi tumbuh tinggi dan besar. Konon kata masyarakat setempat dulu pohon tersebut akan ditebang oleh seorang petani untuk dijadikan kayu bakar. Namun pohon tersebut sulit ditebang. Katanya ketika ditebang pohon tersebut mengeluarkan darah. Waktu seorang akan menebang pohon ini, ketika di tinggal tengok sebentar goresan hasil goresan golok dipohon sudah tak berbekas dan pohon utuh seperti semula. Maka dari itu pohon Walitis sampai sekarang masih tumbuh dan tidak ada yang berani menebang. Pohon raksasa walitis di kawasan hutan Rasamala merupakan pohon terbesar di lereng Sumbing dan Sindoro. Hutan ini terletak di Desa Jetis, Kecamatan Selopampang, Tinggi pohon mencapai 30 meter, dengan lingkar batang 7,5 meter. Untuk memeluk batangnya saja diperlukan enam orang dewasa yang saling tautan sambil merentangkan kedua tangannya. Di Kawasan ini juga tumbuh rumpun tumbuhan bernama Rasamala. Karena itulah, kawasan tersebut dikenal sebagai hutan Rasamala. Keistimewaan tanaman dan hutan ini adalah tidak mempan oleh api. Ketika terjadi kebakaran hutan di sebagian kawasan lereng Sumbing dan Sindoro beberapa waktu lalu, hutan Rasamala sama sekali tidak terjamah api. Untuk menjangkau rumpun pepohonan Rasamala yang luasnya mencapai 1,5 hektar, para wisatawan harus mendaki melalui jalan setapak. Jarak pendakian ini sekitar 1,5 km dari pohon walitis. Lokawisata walitis merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di kabupaten Temanggung, tepatnya di desa Jetis, kecamatan selopampang. Untuk menuju lokawisata ini, dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu: Jalur pertama: Untuk pengunjung yang berasal dari daerah magelang dan sekitarnya, akan lebih dekat apabila melewati kecamatan Windusari dan menuju desa Selopampang. Dari arah Selopampang, kita tinggal berjalan sesuai arah arus jalan yang melewati beberapa desa dengan menikmati panorama alam kaki gunung Sumbing yang akhirnya menuju desa Jetis. Desa jetis merupakan desa tarakhir yang dilewati sebelum sampai ditempat tujuan. Setelah desa Jetis, tidak terdapat desa lagi, hanya akan menemui ladang-ladang para petani dan hutan pinus disepanjang jalan yang membuat suasana perjalanan terasa indah. Jalur kedua: untuk pengunjung yang berasal dari daerah barat kota Temanggung dan sekitarnya akan lebih dekat apabila melalui kecamatan Tembarak untuk menuju ke kecamatan Selopampang untuk menuju Walitis. Dengan letak tempat wisata yang jauh dari perkotaan, menjadikan lokawisata ini terasa lebih sejuk tanpa polusi. Dengan kondisi jalan yang terdiri dari tataan batu kecil yang ditata rapi “KRICAAN”, menjadikan perjalanan tersebut lebih seru dan penuh tantangan. Dalam perjalanan, kita akan sering berpapasan dengan warga sekitar yang ramah. Untuk menikmati objek wisata ini, tidak dipungut biaya sepeserpun, alias gratis, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Hanya satu yang menjadi syarat untuk menikmati lokawisata ini yaitu tidak merusak kelestarian dan keindahan objek wisata tersebut.

PETA WALITIS THE GIANT TREE

ALBUM WALITIS THE GIANT TREE 


Surodipo Waterfall



Curug yang berketinggian hampir 120 meter dari puncak ke dasarnya ini memiliki keistimewaan berupa 5 terjunan bertingkat dengan airnya yang bersih dan segar, dimana jarak antara terjunan satu dan terjunan berikutnya rata-rata 20 meter. 
Istilah Trocoh, dalam bahasa jawa, berarti selalu mengeluarkan air. Dan air di Curug ini memang tak pernah surut, termasuk saat kemarau panjang.


Curug Surodipo berada di Desa Tawangsari, Kecamatan Wonoboyo. Selain menyajikan lanskap pegunungan yang indah, perjalanan menuju Curug Surodipo pun mengisahkan satu cerita tersendiri. Jalan kecil berbatu adalah jalan utama yang harus dilewati untuk menuju Curug Surodipo, bisa dengan menggunakan sepeda motor, namun harus ekstra hati-hati karena jalan menanjak dan berkelok. Setelah jalan berbatu habis, maka perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki menaiki bukit. Kaki yang pegal pun seketika akan hilang ketika mendengar deru air yang jatuh dari ketinggian. Dari kejauhan bulir-bulir air Curug Surodipo bak mutiara yang berkilauan memantulkan cahaya matahari. Secara pasti asal usul nama Surodipo, memang belum ada catatan baku tentang sejarah keberadaan curug tersebut. Tapi menurut warga sekitar, Surodipuro diambil dari nama seorang panglima Perang Diponegoro bernama Kyai Surodipuro, yang meninggal dan dimakamkan di kawasan tersebut. Tempat ini jmenjadi saksi bisu sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda pada kurun waktu 1925 - 1830. Pangeran Diponegoro menggunakan tempat ini sebagai salah satu tempat untuk mengatur siasat perjuangan gerilya malawan Belanda. Usai perang Diponegoro sekitar tahun 1830, Kyai Surodipuro yang dikejar Belanda lari ke utara dan bermukim di kawasan itu. Dia enggan pulang ke Yogyakarta, karena kota itu sudah jatuh ke tangan penjajah. Dalam pelariannya, Kyai Surodipo beserta sejumlah pengikutnya mendirikan sebuah permukiman yang diberi nama Klesem, hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di sana. Berjarak 38 km arah Timur Laut dari Kota Temanggung. Untuk mencapai curug itu tergolong tidak mudah. Setidaknya dari Kota Kecamatan Wonoboyo menuju Desa Tawangsari ditempuh sejauh hampir 7 km dengan kondisi jalan yang tidak mulus alias berbatu. Dan untuk sampai di dasar curug ini masih harus menempuh 3 kilometer lagi untuk tiba di sana dengan menyusuri jalan setapak, menaiki dan menuruni bukit. Jika menggunakan Transportasi Umum bisa Naik Bis Jurusan Temanggung-Wonosobo lalu turun di Terminal parakan dan menyambung naik Bis jurusan Parakan-Candiroto dan turun di Muntung. Setelah itu bisa naik Ojek atau Mobil Box di sekitar pertigaan Muntung, perjalanan dari Muntung menuju lokasi wisata Curug Surodipo kurang lebih 30 Menit. lebih baik menggunakan motor sendiri. Harga Tiket Masuk dan Parkir Rp.5.000,00-/Orang (Februari 2016) Karena curug ini masih natural maka – Belum ada fasilitas toilet – Akses jalan cukup mudah – Lebih baik parkir di tempat yang sudah di sediakan (Dekat Pos Tiket Masuk) jangan di atas! Resiko! – Bawa air minum dan makanan ringan, karena tidak ada penjual apapun. (BAWA PULANG SAMPAHMU!!!) – Lebih baik tidak mandi di aliran sungai. – Jika hujan, jalan berlumpur dan sangat licin. – Siapakan stamina, karena anda akan sedikit berjalan kaki menaiki bukit. – Jangan ragu untuk bertanya arah kepada masyarakat sekitar. Tidak adanya lahan parkir untuk kendaraan di lokasi ini menyulitkan bagi yang membawa kendaraan sehingga terpaksa menitipkannya pada warga setempat. _dari berbagai sumber_



PETA CURUG SURODIPO 


ALBUM CURUG SURODIPO 










Lawe Waterfall

Sebuah air terjun yang bagaikan kapas melambai-lambai, dan karena itulah dinamakan "Lawe", sir terjun ini berada di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, dan merupakan salah satu air terjun yang ada di kaki gunung ungaran, Untuk mencapai dasarnya diperlukan stamina yang ekstra karena jalannya yang cuma setapak, semak belukar di kanan kiri jalan yang masih perawan, tebing yang curam dan super ekstrem dan jarak yang tidak pendek memang menghabiskan stamina. Namun justru disinilah tantangan dan keindahannya hingga ketika sampai di dasarnya dan menatap lambaian air terjun, semuanya terobati dengan kesejukan dan keindahannya... 

Curug lawe, berada di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Curug lawe merupakan salah satu air terjun yang ada di kaki gunung ungaran, konon air terjun ini bisa dinamakan curug lawe karena jatuhnya air dari air terjun ini menjuntal mengesankan untaian benang, kalau dalam bahasa jawa biasanya menyebutnya lawe yang berarti sangat halus dan berwarna putih. Kata Lawe dalam bahasa Jawa memang berarti benang yang sangat halus. Curug lawe berbeda dari kebanyakan curug yang dijadikan objek wisata, disini kita akan disajikan oleh suasana alam khas yang masih sangat alami sehingga belum terlalu terganggu dengan aktivitas dan sampah. Lokasinya curug lawe memang berada cukup jauh dari pusat kota Temanggung tepatnya berada di Dusun Muncar Lor, Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Dikawasan ini, juga bisa menikmati wisata belanja sayuran dan buah-buahan, terutama pisang dengan harga sangat murah, karena langsung dibeli dari petani yang ada di ladang atau disawah mereka. Jika anda malu untuk membelinya dari petani atau mungkin kesulitan mencari petani yang sedang berada di ladang atau sawahnya anda bisa membelinya di Pasar Muncar dengan harga yang relatif murah juga, karena memang di daerah muncar ini terkenal akan pertaniannya yang subur dan hasil buah-buahan yang baik. Disekitar objek wisata curug lawe sebenarnya juga terdapat buah khas dari gemawang gemawang, apa itu,,? orang di sekitar sana biasa menyebutnya cendul atau kalau orang temanggung kota biasa menyebutnya dengan sebutan buah kepel, yang memang jika kita teliti di pasar lain masih jarang dijumpai di daerah lain. Jika sedang musimnya, wisatawan bisa memetik buah kepel dari pohonya secara gratis. Buah ini sangat menyegarkan, sehingga bisa menghapus dahaga para pengunjung. Maklum karena memang untuk menuju curug lawe pengunjung yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil/sepeda motor harus menitipkan kendaraanya di rumah-rumah penduduk setempat, karena para pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju lokasi. Tetapi justru inilah yang paling menarik dari wisata ini, karena di derah kota kita tidak mungkin bisa berjalan melewati pematang sawah, melewati ladang, jauh dari kesan polusi kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dari lokasi parkir anda harus berjalan cukup jauh, kira-kira 1.5 jam untuk mencapai Curug Lawe. mungkin inilah alasan utama pengunjung lebih suka berlama-lama di curug dan enggan untuk kembali. Tapi jangan khawatir karena setelah ditengah perjalanan anda akan disuguhi dengan pesona alam yang begitu memikat dan segala rasa capek anda akan terobati dengan segarnya air dari curug lawe ini. Seperti akan dibawa seolah-olah seperti menemukan oase yang sangat indah. Saat anda memasuki pos pembayaran tiket sebaiknya anda membeli makanan atau minuman untuk menemani perjalan anda, jangan sampai tidak membawa bekal karena perjalanan yang akan anda lalui lumayan melelahkan. Cukup membawa air mineral 1 botol dan makanan ringan itu saja sudah cukup, karena mungkin anda akan lupa untuk memakan bekal anda karena terpesona oleh keindahan alam sekitar. Trek awal menuju curug adalah parit irigasi yang cukup panjang. Jalannya kecil dan licin, jadi hati-hati kalau lewat sini. Apalagi kalau melihat aliran deras air paritnya bisa pusing kepala jadi kita sarankan untuk berhati-hati. Objek wisata ini sangat cocok bagi pengunjung yang menyukai wisata bertema petualangan. Karena disinilah kita akan merasakan asiknya petualangan selama kurang lebih 1 setengah jam dan tentunya akan membuat anda ingin kembali lagi ke tempat ini. Tidak jauh dari Curug Lawe juga terdapat mata air panas yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit kulit dan tulang, karena airnya mengandung belerang. Akses Menuju Tempat Wisata Curug Lawe Barjarak 26 kilo arah utara Kota Temanggung atau 1 jam perjalanan lewat jalur Parakan-Ngadirejo. Kondisi jalan menuju kesana sudah beraspal hingga desa. atau anda juga bisa melewati jalan tembus dengan anda mengambil arah ke parakan, setelah ketemu desa ngimbrang anda ambil kanan dan anda akan sampai ke pasar kedu. Dari pasar Kedu anda tinggal lurus saja dan mengikuti jalan utama kedu - Jumo, setelah melewati jembatan anda ambil kiri dan hanya dalam waktu beberapa menit saja anda sudah sampai di tempat tujuan.


PETA CURUG LAWE


ALBUM CURUG LAWE
































Contact Us

Contact Form

Name

Email *

Message *